MAKALAH BULAN RAMADHAN
KATA PENGANTAR
.
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga saya dapat menyusun
tugas ini dengan baik dan tepat waktu. Dalam tugas ini saya membahas mengenai
bulan ramadhan.
Tugas ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari
berbagai pihak,oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas
ini.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang
mendasar pada tugas ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk
memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi kita sekalian.
22 Agustus
2013
IDUL FITRI
Idul Fitri merupakan
bentuk penghargaan (award) Allah kepada kaum Muslimin. Penghargaan tersebut
diberikan setelah sebulan penuh kaum Muslimin berada dalam ketaatan, kesulitan
dan kekonsistenan menjalankan ibadah puasa.Melalui penghargaan tersebut
diharapkan kaum Muslimin keluar dari rutinitas pendidikan jasmani dan rohani
mendalam yang cukup melelahkan untuk keluar menuju kegembiraan dan kebahagiaan,
namun tetap dalam lingkaran ketaatan dan takwa.
Kegembiraan kaum Muslimin dalam merayakan Idul Fitri
harus mencerminkan tiga pilar, yaitu ketaatan, kegembiraan dan silaturrahim.
Sedangkan kegembiraan dalam Idul Adha harus pula mencerminkan tiga pilar yang
berbeda, yaitu kegembiraan, ketaatan dan solidaritas sosial. Kegembiraan dalam
Islam sama sekali tidak identik dengan hura-hura, pelampauan batas dan
kemaksiatan karena tiga pilar terakhir tersebut bertentangan dengan
prinsip-prinsip agama Islam.
Sedemikian pentingnya keluar dari rutinitas puasa dan
memasukkan kegembiraan kepada kaum fakir-miskin sampai-sampai Allah SWT
mengharamkan puasa pada hari pertama Idul Fitri dan Idul Adha. Hal tersebut
untuk memberikan penyadaran bahwa Idul Fitri dan Idul Adha merupakan
"jamuan ketuhanan akbar" yang diberikan oleh Allah SWT kepada semua
manusia. Lebih dari itu, agar manusia secara terus menerus sadar bahwa berbagai
makanan yang dikonsumsinya setiap hari sejatinya merupakan jamuan, anugerah dan
karunia Allah SWT. Pada
Hari Raya Fitri, Rasulullah SAW memerintahkan kepada anak-anak dan kaum wanita
bahkan yang "berhalangan" sekalipun untuk keluar bersama kaum
lelakinya melaksanakan shalat Eid di tempat terbuka dan mengumandangkan takbir
sebagai bentuk syiar Islam dan simbol kebahagiaan dalam beragama. Allah SWT
berfirman, "Dan hendaklah kalian mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu supaya kamu bersyukur." (QS. Al-Baqarah: 185). Pada
hari tersebut, Rasulullah juga memerintahkan kaum Muslimin untuk saling
mengucapkan selamat; bersilaturrahim; mengunjungi orang tua; bermaaf-maafan;
memberikan kebahagiaan kepada keluarga, teman, kerabat, tetangga dan
fakir-miskin; serta menyelenggarakan berbagai pertemuan yang dapat memperbarui
sikap kasih sayang dan saling mencintai antar sesama. Islam
sesungguhnya telah memberikan berbagai media agar kaum Muslimin saling bertemu
dan meningkatkan rasa kasih dan sayang serta persatuan dan kesatuan di antara
mereka melalui shalat berjamaah setiap hari, shalat Jumat setiap pekan, dan
shalat Idul Fitri-Idul Adha tiap tahun. Namun, pada umumnya manusia enggan
memanfaatkan kesempatan harian dan mingguan, malah sebaliknya menunggu-nunggu
momentum hari raya yang datangnya hanya setahun sekali. Padahal, jika kaum
Muslimin memanfaatkan dengan baik kesempatan shalat berjamaah harian dan shalat
Jumat mingguan, niscaya tidak perlu menunggu momentum silaturahim tahunan
kepada sesamanya. Hal tersebut dipastikan akan lebih efektif dalam menghapus
kesalahan dan dosa serta semakin menumbuhkan sikap saling percaya diri,
kasih-sayang, persatuan dan kesatuan di antara mereka. Wallahua’lam.
KEUTAMAAN BULAN RAMADAN
1.Bulan
berlimpah berkah
Saat datang bulan Ramadhan Rasulullah saw. bersabda, sebagaimana
diriwayatkan Abu Hurairah sebagai berikut, "Sesungguhnya
telah datang kepadamu bulan yang penuh berkah. Allah mewajibkan kamu berpuasa,
karena dibuka pintu- pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka, dan dibelenggu
syaitan- syaitan, serta akan dijumpai suatu malam yang nilainya lebih berharga
dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak berhasil memperoleh kebaikannya,
sungguh tiadalah ia akan mendapatkan itu untuk selama-lamanya." (HR
Ahmad, An-Nasa’l, dan Baihaqi).
2.Bulan
kegembiraan bagi pecinta kebaikan
Sahabat Arfah pernah berkata, "Suatu ketika aku berada di rumah Uthbah
bin Farqad, kebetulan ia sedang membicarakan puasa Ramadhan, lalu masuk seorang
laki-laki, salah seorang sahabat Nabi saw. Melihat laki-laki itu Uthbah menaruh
hormat padanya dan diam. Tamu itupun menyampaikan hadis tentang Ramadhan, la
berkata, ’Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda tentang Ramadhan, "Pada
bulan itu pintu-pintu neraka ditutup, dibuka pintu-pintu surga dan dibelenggu
syaitan-syaitan." Raslullah saw. mengulas lagi, "Dan seorang malaikat
akan berseru: ’Hai pecinta kebaikan,
bergembiralah! Hai pecinta kejahatan, hentikanlah! Sampai Ramadhan
berakhir.’" (HR Ahmad, dan An- Nasa’i).
3.Saat
penghapusan kesalahan diampuni dosa-dosanya
Abu Hurairah berkata bahwa Nabi saw bersabda:"Shalat yang lima waktu, Jum’at ke jum’at, Ramadhan ke Ramadhan
berikutnya menghapuskan kesalahan-kesalahan yang terdapat
di antara masing-masing selama kesalahan besar
dijauhi."
Abu Sa’id al-Khudri ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:"Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan dan
mengetahui batas-batasnya, dan ia menjaga diri dari segala apa yang patut
dijaga, dihapuskanlah dosanya yang sebelumnya."
Abu Hurairah berkata, Telah bersabda Rasulullah saw:"Siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan
karena keimanan dan mengharapkan keridhaan Allah, akan diampuni dosa-dosanya
yang terdahulu."
LAILATUL QADAR
Lailatul Qadar merupakan hadiah Allah kepada kita. Di
dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu Hurairah, Rasulullah
saw. bersabda, "Barangsiapa
melakukan qiyam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan pengharap-an, (maka)
dosa-dosanya yang telah lalu diampuni." Juga doa yang diajarkan Rasulullah
saw. saat menjumpai Lailatul Qadar adalah "Wahai Allah sesungguhnya Engkau
adalah Maha Pemberi Maaf, Engkau mencintai pemaafan karena itu berikanlah maaf
kepadaku." (HR. Ibnu Majah) Sehingga, dari kedua hadis tersebut
menunjukkan bahwa dianjurkan bagi setiap yang menginginkan Lailatul Qadar agar
menghidupkan malam itu dengan berbagai ibadah, seperti: shalat malam, tilawah
al-Qur’an, dzikir, doa, dan amal-amal saleh lainnya. Dan orang yang menghidupkan
malam itu dengan amal- amal ibadah akan merasakan ketenangan hati, kelapangan
dada, dan kelezatan dalam ibadahnya itu karena semua itu dilakukan dengan penuh
keimanan dan mengharapkan ridha Allah swt.
Jika kita ingin
menggenggam Lailatul Qadar, dapatkah ia dilihat oleh mata? Dua tokoh ulama’
Arab Saudi, Sheikh Abdul Aziz bin Baaz dan Sheikh Salleh Munajjid berkata:
"Malam Qadar boleh dilihat dengan mata kepada siapa yang diberi taufik
oleh Allah swt. dan dengan menggunakan tanda-tandanya. Para sahabat r.h.
mencarinya berdasarkan tanda-tandanya, tetapi tiada laporan yang mengatakan
mereka telah melihatnya. Akan tetapi tidak ada larangan mencari hasil fadilah
bagi siapa yang beriman dan bersungguh-sungguh", kata beliau. Sheikh
Al-Sya’rawi menjelaskan, "Satu pun di antara makhluk Allah tidak melihat
Lailatul Qadar, melainkan Rasu-lullah saw. Ini adalah satu keistimewaan yang
diberikan kepada Rasul-Nya. Selain itu, ada beberapa orang yang dilaporkan
pernah melihatnya. Mereka yang melihatnya berkata-kata kepada Rasulullah yang
melihat beliau pandangan di dalam tidur mereka, seolah-olah berkata: "Aku
melihat sebagaimana aku sujud di dalam air yang melimpah, kemudian menjadi pagi
hari, mereka melihat masjid-masjid di sepanjang malam tersebut. Langit
seolah-olah ingin hujan, Rasulullah sujud sehingga kelihatan dahi di atas
tangannya dan kami mengetahui bahwa di sini adalah Lailatul Qadar di dalam
tahun dan malam itu."
- August 21, 2013
- 2 Comments